TIMES MALUT – Ketua Umum (Ketum) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tidore, Aldi Rizaldi Daud, menyoroti agenda Sound Fest dan Battle Sound, yang di selenggarakan di Pantai Tugulufa, Kota Tidore Kepulauan, dari tanggal 25 sampai dengan 28 Juni nanti.

Menurutnya festival sound dan battle sound ini merupakan agenda yang kurang produktif.

“Kami mengapresiasi dengan hadirnya kegiatan ini, para pelaku UMKM bisa mengambil bagian di dalamnya, namun kami menyesali kenapa harus Battle Sound, saya paham kalau salah satu perangkat wajib dalam sebuah kegiatan apapun itu, sound atau pengeras suara merupakan perangkat penting, tapi di sisi lain sound juga identik dengan Pesta,” tegasnya, Sabtu 28 Juni 2025.

Ketum HMI Cabang Tidore menilai, ini menciderai nilai-nilai dari Kota Santri,

“Pesta adalah budaya barat yang tergeneralisasi di Indonesia, terkhususnya di Tidore ini sendiri, kita melihat Tidore yang kemarin sempat di gaungkan dengan Kota Santri, bahkan dalam beberapa waktu yang lalu baru saja memenangkan STQH Tingkat Provinsi Maluku Utara. Jadi saya melihat ini sebagai hal yang menciderai Nilai-nilai Kota Santri,” ujarnya.

“Pelaksanaan pesta di Kota Tidore Kepulauan kemarin pernah di batasi cukup sampai jam 12.00 malam, namun sekarang kita melihat pelaksanaan pesta lebih dari jam 12.00 bahkan sampai jam 03.00 dini hari,” lanjutnya.

Ketum HMI, juga menambahkan bahwasanya pemerintah Kota Tidore Kepulauan haruslah melihat hal yang lebih substansial di daerah ini.

“Pemerintah Kota Tidore Kepulauan hari ini, melihat segala sesuatu tanpa melihat hal substansial, peningkatan SDM di Kota Tidore merupakan hal yang perlu, apalagi ditengah gempuran teknologi di era 5.0 ini. Artificial Intelligence (AI) menjadi perlu untuk dipelajari, sehingga kami berharap Pemkot lebih mengedepankan event-event seperti pengembangan SDM dibandingkan event Ceremonial ditengah Efisiensi saat ini,” ungkapnya.

Dia juga, mengkritik pernyataan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, yang menyampaikan pentingnya kegiatan ini sebagai industri pariwisata yang akan mempromosikan kota Tidore Kepulauan.

“Belum lagi kami mendengar pernyataan Kadis Pariwisata dan Kebudayaan, dimana beliau menyampaikan bahwa industri pariwisata ini patut di pertahankan dan di lestarikan, padahal banyak tempat-tempat wisata yang perlu penambahan dan perbaikan infrastruktur, karna minimnya promosi dan perhatian pemerintah. Tidore, secara wisata alam memanglah tidak sehebat daerah daerah lainya, namun Tidore memiliki wisata sejarah yang amat luar biasa, sehingga perlu untuk dilirik dan di promosikan,” tekannya.***