Oleh : Suyono Sahmil, S.H (Ketua Forum Komunikasi Generasi Muda Dowora dan Sekretaris SSB Bintang Timur) 

Dua puluh tahun yang lalu, Lapangan Dowora menjadi saksi bagi derap langkah para pesepakbola hebat di Tidore dan Maluku Utara. Turnamen bergengsi pernah digelar di sini, menghadirkan talenta terbaik dari berbagai pelosok daerah. Namun, seiring berjalannya waktu, Lapangan Dowora perlahan ditinggalkan. Rumput liar tumbuh, garis-garis lapangan memudar, dan gema sorak penonton lenyap bersama kenangan masa lalu. Dua dekade lamanya, lapangan ini seakan terlelap dalam tidur panjangnya.

Dan kini, tidur panjang itu telah berakhir. Dengan ikhtiar dan niat tulus, Lapangan Dowora kembali dibangkitkan. Perjalanan ini tidak mudah, tetapi keyakinan bahwa sejarah besar harus dilanjutkan membuat langkah kami semakin mantap. Dimulai dari semangat para pemuda yang berhimpun dalam Forum Komunikasi Generasi Muda Kelurahan Dowora (FOMASIGARO), kami menggelar Fomasigaro Cup 2025, sebuah turnamen antar-kelurahan di Kecamatan Tidore Timur. Turnamen ini menjadi titik awal, tanda bahwa Dowora siap kembali.

Tiga bulan berselang setelah Fomasigaro Cup, ikhtiar itu kami lanjutkan melalui wadah yang lebih luas, yakni Sekolah Sepak Bola Bintang Timur. Dari sinilah lahir gagasan untuk menghadirkan turnamen yang lebih besar: Bintang Timur Cup 2025, kategori usia 17 tahun, tingkat Kota Tidore Kepulauan. Turnamen ini bukan sekadar kompetisi, melainkan panggung pembinaan, tempat generasi muda mengasah bakat, mental, dan mimpi mereka di dunia sepak bola.

Di tahun perdananya, Bintang Timur Cup 2025 berhasil menghadirkan 19 tim peserta. Sebanyak 18 tim berasal dari Kota Tidore Kepulauan, dan satu tim datang dari Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara. Kehadiran tim yang menempuh perjalanan jauh ini bukan hanya menambah gengsi turnamen, tetapi juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami. Fakta ini menunjukkan bahwa Lapangan Dowora kembali diakui, bukan hanya sebagai tempat bermain bola, tetapi juga sebagai pusat pertemuan, tempat di mana semangat olahraga mampu menyatukan banyak kalangan tanpa batas wilayah.

Turnamen ini sekaligus membuktikan bahwa sepak bola di Dowora, Tidore Timur  tidak pernah benar-benar mati. Ia hanya menunggu untuk dibangkitkan kembali. Antusiasme para pemain, pelatih, suporter, hingga masyarakat yang kembali memadati Lapangan Dowora adalah tanda bahwa olahraga ini masih menjadi bahasa universal yang menyatukan kita semua.

Namun, bagi kami, Lapangan Dowora tidak boleh hanya berhenti sebagai arena sepak bola. Kami menyadari bahwa lapangan ini harus menjadi ruang bersama, pusat kegiatan olahraga masyarakat Tidore Timur. Di sinilah generasi muda bisa bertumbuh, mengasah disiplin, membangun solidaritas, dan menyalakan harapan baru bagi masa depan daerah ini. Dowora harus menjadi simbol kebangkitan, tempat lahirnya atlet-atlet yang kelak akan mengangkat nama Tidore Kepulauan, bahkan Maluku Utara, di panggung yang lebih besar.

Kini, setelah Fomasigaro Cup dan dihelatnya Bintang Timur Cup 2025, kami semakin yakin bahwa Lapangan Dowora telah menemukan kembali jati dirinya. Dari arena megah yang dulu pernah jaya, menjadi ruang sepi selama dua dekade, kini kembali berdiri tegak, dengan mimpi bahwa lapangan ini akan menjadi pusat kebangkitan olahraga Sepak bola di Tidore Timur. Perjalanan ini membuktikan bahwa harapan tidak pernah mati, selama ada yang berani menyalakannya kembali.

Sepak bola di Lapangan Dowora telah kembali. Dan bersama itu, lahir pula harapan baru: bahwa dari tanah dan rumput ini, akan tumbuh generasi emas pesepakbola Maluku Utara, yang kelak akan mengangkat nama daerah dan bangsa di panggung yang lebih besar.

Sebagai Sekretaris SSB Bintang Timur, tugas saya bukan hanya membuat proposal, surat, atau mengurus administrasi. Lebih dari itu, saya merasa terpanggil untuk ikut menjaga bara semangat anak-anak, memastikan setiap ide tidak hanya berhenti di atas kertas, tetapi menjelma nyata di lapangan. Ada kebanggaan dan semangat tersendiri ketika melihat para pesepakbola muda bertanding dengan penuh determinasi, seolah mereka sedang menuliskan sejarah kecil mereka di Lapangan Dowora. Saya belajar bahwa sepak bola bukan hanya soal pertandingan, melainkan soal membangun harapan, merajut kebersamaan, dan menyalakan kembali asa generasi muda di Tidore Timur.

Seperti apa yang pernah ditulis Andrea Hirata dalam novelnya Sebelas Patriot: “Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunia ini selain cinta, maka itu adalah sepak bola.” Dan dengan cinta pada sepak bola itulah, kami percaya generasi ini akan terus menjaga asa, merawat mimpi, serta membawa cahaya harapan bagi masa depan sepak bola Tidore dan Maluku Utara