TIMES MALUT – Polemik seleksi atlet Maluku Utara untuk Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) 2025 terus bergulir.
Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Maluku Utara, khususnya Bidang Prestasi, dituding tidak profesional dan sarat praktik nepotisme dalam menentukan atlet yang akan diberangkatkan ke ajang nasional tersebut.
Protes keras datang dari cabang olahraga Pencak Silat Halmahera Utara. Mereka menilai seleksi yang digelar Dispora tidak transparan dan mengabaikan atlet yang telah lolos melalui ajang Pra-POPNAS di Gorontalo.
“Tiga atlet kami sudah memastikan tiket melalui Pra-POPNAS Gorontalo, tapi tidak satu pun dipanggil untuk mengikuti tes fisik dan pemusatan latihan,” kata Angki Latuwael, pelatih Pencak Silat Halmahera Utara, Kamis, 9 Oktober 2025.
Menurut Angki, keputusan itu janggal. Ia menyebut ketiga atletnya digantikan oleh peserta dari Ternate dan Tidore Kepulauan yang sebelumnya gagal dalam Kejuaraan Daerah (Kejurda).
“Lebih parah lagi, atlet pengganti itu adalah anak binaan pelatih Nafsir Johra yang juga pegawai Dispora,” ujarnya.
Angki menilai langkah Dispora tersebut menunjukkan adanya konflik kepentingan dan mencederai prinsip profesionalisme dalam pembinaan olahraga pelajar,” Tindakan seperti ini mencoreng wajah olahraga Maluku Utara. Ini bentuk nepotisme yang tidak bisa dibiarkan,” tegasnya.
Ia juga menyoroti lemahnya pengawasan dari pimpinan Dispora yang dinilai memberi ruang bagi praktik semacam itu.
“Dispora seharusnya menjadi contoh dalam menjunjung sportivitas dan meritokrasi, bukan malah menindas semangat atlet muda,” ujarnya.
Atas dasar itu, Angki mendesak Gubernur Maluku Utara untuk segera mengevaluasi dan mencopot Syaifuddin Djuba Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga dari jabatannya.
“Gubernur harus bertindak tegas. Jangan biarkan nepotisme menghancurkan masa depan atlet pelajar di daerah ini,” pungkasnya.(*)
Tinggalkan Balasan