TIMES MALUT – Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Daerah (PPIHD) Maluku Utara berhasil melakukan berbagai terobosan penting, berkat komunikasi intensif dengan otoritas penerbangan nasional dan manajemen bandara.

Di mana, penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025 di Provinsi Maluku Utara mengalami peningkatan signifikan dalam aspek pelayanan, efisiensi, dan kenyamanan Jamaah Calon Haji (JCH).

Ketua PPIHD Malut, Kadri Laetje mengatakan, hasil pertemuan antara PPIHD Malut, PT Angkasa Pura, dan pihak otoritas bandara yang menangani perizinan dan sistem operasional maskapai, telah membuahkan sejumlah kebijakan demi kenyamanan jamaah haji asal Maluku Utara.

“Pertemuan kami dengan pihak Angkasa Pura dan otorita bandara berjalan sesuai harapan. Semua pihak hadir dan bersepakat bahwa pelayanan terhadap JCH Maluku Utara adalah bagian dari agenda nasional, sehingga harus menjadi atensi bersama,” tegas Kadri, Jumat, 18 April 2025.

Kadri menyebut, hasil pertemuan tersebut adalah pemberlakuan jalur khusus bagi jamaah haji asal Maluku Utara saat tiba maupun kembali dari tanah suci. Penjemputan tidak lagi dilakukan di terminal umum, melainkan langsung di apron area parkir pesawat.

“Jamaah haji Malut akan dijemput langsung di apron dan dibawa menggunakan bus khusus melalui jalur eksklusif menuju asrama haji. Waktu tempuhnya hanya 10 menit. Ini sangat berbeda dengan daerah lain yang masih harus melalui jalur umum,” ujar Kadri.

Keputusan ini, kata Kadri, sangat krusial mengingat Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar, yang menjadi lokasi embarkasi, sedang menjalani renovasi besar-besaran. Perbaikan fasilitas utama dan pendukung membuat akses antar terminal menjadi jauh dan melelahkan bagi penumpang, bahkan mencapai 800 meter berjalan kaki.

“Dalam kondisi seperti ini, sistem carter flight sangat ideal. Dengan sistem carter, pengelolaan jamaah dan bagasi bisa dilakukan langsung di bawah pesawat. Tidak ada lagi antrean panjang dan kerumunan di terminal,” ungkapnya.

Kadri bilang, sistem carter memberikan banyak keunggulan dibanding penerbangan reguler. Selain lebih aman dan nyaman, pengawasan otoritas bandara juga lebih terarah karena semua proses sudah diatur mulai dari parkiran pesawat hingga penjemputan bagasi.

“Keunggulan carter adalah fleksibilitas. Maskapai yang bekerja sama dengan kita bahkan sudah menyiapkan pesawat cadangan di bandara terdekat untuk mengantisipasi jika terjadi gangguan teknis. Ini adalah bentuk kesiapsiagaan yang tidak dimiliki penerbangan reguler,” ujarnya.

Meski biaya operasional charter flight lebih tinggi karena pesawat kembali dalam keadaan kosong, Kadri menegaskan bahwa, aspek keselamatan dan kenyamanan jamaah jauh lebih penting daripada hitung-hitungan efisiensi biaya semata.

Kadri juga menyampaikan permintaan agar seluruh panitia haji di Kabupaten dan Kota turut mensosialisasikan larangan pengambilan foto atau swafoto (selfie) di area apron atau halaman parkir pesawat.

“Mohon dipahami oleh para jamaah dan pendamping. Setelah masuk ke apron atau halaman pesawat, tidak diperkenankan mengambil gambar. Semua harus fokus pada proses keberangkatan agar tidak terjadi keterlambatan,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa tahun ini semua kegiatan seremonial haji ditiadakan di bandara. Sebagai gantinya, seluruh seremoni dilekatkan di asrama haji baik yang ada di Ternate maupun di Makassar. Ini dilakukan demi menjamin ketepatan jadwal keberangkatan.

“Kita ingin memastikan semua proses berjalan tepat waktu dan tertib. Tidak boleh ada lagi gangguan di bandara akibat kerumunan keluarga atau acara pelepasan yang berlarut-larut,” ungkapnya.

Kadri menambahkan, pencapaian ini tidak lepas dari dukungan penuh Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos, yang memberikan instruksi tegas agar PPIHD bergerak cepat dan membangun komunikasi intensif dengan semua pihak terkait.

Dari arahan tersebut, PPIHD Maluku Utara menggelar roadshow ke Jakarta dan Makassar untuk memastikan kesiapan semua aspek.

“Ibu Gubernur memberikan perhatian luar biasa pada pelayanan haji. Beliau meminta agar tahun ini, semua dilakukan dengan standar tertinggi dan pendekatan yang lebih humanis,” tutupnya.***