TIMES MALUT – Setelah berlangsung selama satu bulan tiga belas hari, Turnamen Fomasigaro Cup 2025 resmi ditutup pada Sabtu, 26 Juli 2025 dengan suasana penuh haru dan kebanggaan di Lapangan Kelurahan Dowora, Tidore Timur.
Sebanyak 41 tim — terdiri dari 24 tim kategori umum dan 17 tim kategori U-16 — telah ambil bagian dalam turnamen ini. Fomasigaro Cup bukan hanya menghadirkan kompetisi sengit antar tim, tetapi juga menjadi ruang yang memperkuat silaturahmi, solidaritas, dan kebersamaan lintas kampung, menjadikannya sebagai perhelatan olahraga yang penuh makna.
Dalam upacara penutupan tersebut, Ketua Askot PSSI Tidore Kepulauan, Muhammad Abubakar, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada segenap pemuda Kelurahan Dowora atas dedikasi mereka menyelenggarakan turnamen dengan penuh tanggung jawab dan semangat kebersamaan. Ia menilai Fomasigaro Cup sebagai ajang yang bukan hanya mencetak prestasi, tetapi juga memperkuat nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
Muhammad Abubakar juga menaruh harapan besar terhadap masa depan sepak bola di wilayah Tidore Timur. Ia memberi perhatian khusus pada langkah pemuda Kelurahan Dowora yang telah mengaktifkan kembali Sekolah Sepak Bola (SSB) Bintang Timur dari kevakuman, sebagai bentuk komitmen nyata dalam pembinaan generasi muda di bidang olahraga.
“Saya melihat SSB Bintang Timur sebagai salah satu potensi besar dalam membentuk fondasi sepak bola di Tidore Timur. Kita butuh keberanian pemuda seperti ini—yang tidak hanya mencintai sepak bola, tapi juga mau bekerja untuk masa depannya. Askot PSSI akan hadir mendukung setiap langkah positif seperti ini,” ujar Muhammad Abubakar.
Sebagai bentuk apresiasi nyata, Muhammad Abubakar turut memberikan bantuan uang pembinaan kepada Panitia Pelaksana. Bantuan tersebut diberikan sebagai penghargaan atas kerja keras dan profesionalitas panitia dalam menyukseskan jalannya turnamen dari awal hingga akhir.
Dirinya juga menyampaikan, dengan berakhirnya Fomasigaro Cup 2025, masyarakat Kelurahan Dowora dan sekitarnya tidak hanya menyaksikan pertandingan sepak bola, tetapi juga merasakan hadirnya energi baru dalam membangun masa depan sepak bola yang lebih baik dan lebih bermakna.
“Turnamen ini telah menjadi simbol bahwa satu bola bisa menyatukan banyak hati, satu turnamen bisa menyatukan satu daerah. Itulah filosofi yang nyata terasa dalam setiap pertandingan, sorakan penonton, dan kerja keras panitia. Sebuah semangat yang semestinya terus dijaga, dirawat, dan diwariskan, ” tutupnya.
Tinggalkan Balasan