TIMES MALUT – Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Maluku Utara, Muhammad Noval Adam, meminta seluruh kepala daerah di provinsi itu bersuara keras menolak kebijakan pemotongan anggaran transfer ke daerah (TKD) yang dilakukan pemerintah pusat.
Menurutnya, kebijakan tersebut bisa melemahkan kemampuan fiskal pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
“Kalau program makan gratis dijalankan dengan memangkas TKD, maka daerah jelas dirugikan. Karena program pusat pasti yang diprioritaskan besar-besaran, sementara siapa yang memperjuangkan masyarakat di daerah?” ujar Noval, Kamis, 9 Oktober 2025.
Noval menilai, pemotongan TKD untuk mendukung program makan gratis senilai Rp300 triliun itu tidak proporsional. Ia mencontohkan sejumlah negara yang menjalankan program serupa dengan biaya jauh lebih efisien.
“Di India ada 80 juta siswa penerima makan gratis dengan anggaran sekitar Rp20 triliun. Di Brasil, 40 juta siswa cukup dengan Rp17 triliun. Indonesia jumlah siswanya setara India, tapi anggarannya melonjak sampai Rp360 triliun. Ini perlu dipertanyakan efektivitas dan keadilannya,” kata Noval.
Politikus muda PDI Perjuangan ini juga menyoroti ketimpangan manfaat program tersebut bagi wilayah timur Indonesia, termasuk Maluku Utara, yang jumlah siswanya jauh lebih sedikit dibandingkan Pulau Jawa.
“Jangan sampai Maluku Utara yang kaya sumber daya ini terlena dengan angka pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi rakyatnya tidak merasakan manfaat. Yang untung hanya pengusaha tambang, sedangkan uangnya beredar di luar daerah,” tegasnya.
Noval pun mengapresiasi langkah Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda yang menolak pemotongan TKD dalam pertemuan dengan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Ia berharap seluruh bupati dan wali kota di Maluku Utara bersikap serupa untuk menjaga kemandirian fiskal daerah.
“Kalau program makan gratis itu wajib dijalankan, maka perlu kajian yang matang. Rp300 triliun itu besar sekali. Di Tiongkok, program sejenis hanya Rp200 triliun, padahal belanja negaranya lebih kecil dari kita. Artinya, alokasi kita sudah berlebihan,” pungkas Noval.(*)
Tinggalkan Balasan